Beranda » Al-Farabi, Filsuf Muslim Abad Pertengahan (5)

Al-Farabi, Filsuf Muslim Abad Pertengahan (5)

Al-Farabi, Filsuf Muslim Abad Pertengahan (1)
Al-Farabi (ilustrasi).

Tuhan Esa
Al-Farabi pun akhirnya mampu mendemonstrasikan dasar persinggungan antara Aristoteles dan Plato dalam sejumlah hal, seperti penciptaan dunia, kekekalan ruh, serta siksaan dan pahala di akhirat kelak.

Konsep Al-Farabi mengenai alam, Tuhan, kenabian, esensi, dan eksistensi tak dapat dipisahkan antara keduanya. Mengenai proses penciptaan alam, ia memahami penciptaan alam melalui proses pemancaran (emanasi) dari Tuhan sejak zaman azali.

Menurut Al-Farabi, Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik-baiknya.

Al-Farabi mengungkapkan bahwa Tuhan itu Esa karena itu yang keluar dari-Nya juga harus satu wujud, sedangkan mengenai kenabian ia mengungkapkan bahwa kenabian adalah sesuatu yang diperoleh nabi yang tidak melalui upaya mereka. Jiwa para nabi telah siap menerima ajaran-ajaran Tuhan.

Sementara itu, menurut Al-Farabi, manusia memiliki potensi untuk menerima bentuk-bentuk pengetahuan yang terpahami (ma'qulat) atau universal-universal. Potensi ini akan menjadi aktual jika ia disinari oleh ‘intelek aktif’.

Pencerahan oleh ‘intelek aktif’ memungkinkan transformasi serempak intelek potensial dan objek potensial ke dalam aktualitasnya. Al-Farabi menganalogkan hubungan antara akal potensial dan ‘akal aktif’ seperti mata dengan matahari.

Menurutnya, mata hanyalah kemampuan potensial untuk melihat selama dalam kegelapan, tapi dia menjadi aktual ketika menerima sinar matahari. Bukan hanya objek-objek indrawi saja yang bisa dilihat, melainkan juga cahaya dan matahari yang menjadi sumber cahaya itu sendiri.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya