Beranda » Situs Sejarah Aceh Bakal Diobral

Situs Sejarah Aceh Bakal Diobral

13483142481313774033
Lamuri, situs sejarah Aceh yang terletak di Lamreh, Aceh Besar ini makin hangat di perbincangkan oleh para pemerhati sejarah maupun masyarakat di Aceh. Ini disebabkan oleh keinginan dari investor asing dari China yang hendak mengalihkan tempat bersejarah itu menjadi lapangan golf. Rencana pembangunan lapangan gof itu sendiri ternyata sudah lama dipersiapkan. Namun, baru sekitar pertengahan tahun 2012 pembangunannya ramai diberitakan oleh media.
13483143321474327056
Munculnya masalah Lamuri ini tak lepas dari kepedulian sebagian masyarakat yang khawatir jika nantinya bukti sejarah Aceh bakal hilang akibat pembangunan lapangan golf. MAPESA (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh), LSM yang memfokuskan perhatian terhadap budaya, bahasa dan sejarah Aceh ini menghimbau para investor dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar agar mencari lokasi lain untuk melaksanakan pembangunan lapangan golf. Karena tempat yang telah direncanakan sebelumnya banyak tersimpan keramik, artefak serta batu nisan milik kerajaan Lamuri yang masih terkubur didalamnya.
Kabar ini kemudian mendapat perhatian khusus dari BP3 (Balai Perlindungan Peninggalan Purbakala) Aceh-Sumut. Tim dari BP3 akhirnya turun untuk meneliti kawasan yang diperkirakan tempat berdirinya kerajaan Lamuri dahulu. Benar saja, ternyata hasil dari penelitian BP3 menyimpulkan bahwa memang area itu memiliki banyak benda-benda bersejarah yang harus dilindungi. BP3 mengatakan bahwa wilayah yang berada di Lamreh itu mestinya dijadikan kawasan cagar budaya.
Namun, tak mudah merealisasikan rekomendasi dari pihak BP3. Ini dikarenakan pihak investor telah terlebih dahulu “menyuap” penduduk yang memiliki lahan di kawasan itu dengan memberikan bayaran panjar. Sehingga masalah ini membutuhkan pihak Pemkab Aceh Besar untuk turun tangan menyelesaikan perkara. Tapi ini juga sulit, sebab Bupati Aceh Besar, Mukhlis Basyah disinyalir mendukung upaya pihak investor untuk melanjutkan pembangunan lapangan golf sebagaimana yang telah direncanakan.
Kini, status dari tanah yang dibeli oleh investor China dengan harga Rp 17.000,- Per meter Per segi ini masih mengambang antara dimiliki investor untuk membangun lapangan golf atau dijadikan kawasan cagar budaya sebagaimana rekomendasi BP3. LSM seperti MAPESA dan The Atjeh Ethnic Institute telah berjumpa dengan anggota DPR Provinsi Aceh untuk meminta agar area di Lamreh itu diselamatkan dari rencana pengalihan untuk pembangunan lapangan golf. Anggota DPRA berjanji untuk menindaklanjutinya. Tapi, hingga saat ini janji anggota dewan itu belum juga terbukti dilapangan. Hanya mereka anggota dewan yang tahu kapan janji itu dilaksanakan.
Semoga persoalan ini tak berlarut-larut. Karena, bila situs sejarah Aceh yang terletak di Lamreh itu di obral untuk investor China membangun lapangan golf, maka hilang sudah satu bukti sejarah Aceh. Identitas Aceh dalam sejarah juga akan ikut sama-samar. Kita tunggu saja bagaimana perkembangan Lamuri selanjutnya.

Ruslan JR