Beranda » Lamuri Kembali Digempur China

Lamuri Kembali Digempur China

13472706521966963556


Kehidupan ibarat roda yang berputar. Kadang di atas dan kadang di bawah atau habis hilang muncul kembali. Menarik memang bila mengaitkan sebuah roda dengan sejarah. Kisah – kisah yang pernah terjadi di masa lalu, kemungkinan akan terjadi kembali pada masa kini. Walau polanya tak lagi sama karena zaman telah berubah, namun ada kemiripan di antara keduanya.


Peristiwa yang saat ini kembali terulang tersebut adalah ‘gempuran’ China terhadap wilayah Kerajaan Lamuri yang terletak di Lamreh, Aceh Besar. Dalam beberapa riwayat tertulis bahwa dahulu pasukan dari Dinasti China dibawah pimpinan seorang panglima wanita yang bernama Nian Nio Lian Khi atau lebih akrab dikenal dengan nama Putroe Neng pernah menggempur Lamuri. Pasukan dari Nian Nio Lian Khi pada akhirnya dikalahkan oleh pasukan Islam yang dipimpin oleh Panglima Meurah Johan.Inilah sedikit kisah masa lalu Lamuri yang saya muat dalam tulisan ini. Namun, apa kaitannya peristiwa saat ini dengan masa lalu Lamuri ?


Lamreh, tempat dimana Kerajaan Lamuri dulunya berdiri, direncanakan akan dibangun lapangan golf yang investornya berasal dari negeri China. Lokasi yang dipilih ternyata merupakan area inti dari Kerajaan Lamuri bertempat. Keinginan membangun lapangan golf oleh investor China itu kemudian saya istilahkan sebagai gempuran jilid 2 China ke ‘negeri’ Lamuri. Walau bentuk dari serangan kali ini bukanlah oleh bala tentara seperti yang dipimpin oleh Nian Nio Lian Khi (Putroe Neng) dahulu, tapi berbentuk buldozer atau alat – alat kontraktor lainnya yang mengancam bangunan bersejarah milik Kerajaan Lamuri.


Bila pembangunan lapangan golf jadi dilaksanakan sebagaimana yang memang telah ada dalam perencanaan, maka gempuran negeri China yang diwakili oleh investornya kali ini akan menaklukkan ‘negeri’ Lamuri hingga rata dengan harga tanahnya yang cuma Rp 17.000 per meter persegi. Apa boleh buat, Lamuri untuk saat ini tak memiliki bala tentara untuk membendung gempuran investor China menaklukkannya dengan modal uang membeli tanah ‘negeri’ Lamuri Rp 17.000 per meter persegi dan alat – alat kontraktor yang mereka miliki. Panglima Meurah Johan yang pernah mempertahankan Lamuri dari gempuran China kini telah tiada.


Harapan ‘negeri’ Lamuri untuk terus bertahan hanyalah pada masyarakat. Bila masyarakat menyuarakan penyelamatan ‘negeri’ Lamuri, maka ‘amunisi – amunisi’ investor China akan berhenti menyalak. Pengusaha tak akan bisa berbuat banyak bila memang masyarakat bisa membuktikan ‘negeri’ Lamuri merupakan aset sejarah bangsa yang harus dilindungi. Syukur, BP3 (Balai pelestarian peninggalan purbakala) Aceh – Sumut cepat menyikapi suara masyarakat yang menginginkan area tempat berdirinya Kerajaan Lamuri tidak dialihfungsikan menjadi lapangan golf.


Kini harapan untuk menyelamatkan Lamuri dari gempuran China berada pada masyarakat. Dengan kepedulian semua pihak, maka selamatlah ‘negeri’ Lamuri dari gempuran China jilid 2. Semoga



Adnan Saleh