Beranda » Out of Bakkah/Makkah (2)

Out of Bakkah/Makkah (2)

Bagi umat Islam, Al-Qur’an ditafsirkan bukanlah sekadar untuk mendapatkan ilmu pengethuan semata-mata, tapi untuk mendpaatkan pedoman yang akan diikuti dalam sleuruh aspek kehidupan. Ibarat rambu-rambu sepanjang jalan, apabila dipatuhi dengan pemahaman yang benar, rambu-rambu tersebut akan menuntun kita untuk sampai di tujuan dengan selamat.

Dalam buku ini penulis berupaya mengungkap pesan-pesan Al-Qur’an tentang berbagai aspek kehidupan dengan bentuk kajian secara ringkas sehingga dapat dibaca dan dipahami dalam waktu singkat.

Tema-tema yang dibahas dibagi dalam delapan bagian:

1. Al-Qur’an dan Kewajiban Menuntut Ilmu; 2. Islam dan Pluralitas Agama; 3. Iman dan Jihad; 4. Belajar dari Sirah Para Rasul; 5. Baitullah sebagai Pusat Ibadah; 6. Harta sebagai Alat Ibadah; 7. Yatim, Adopsi, dan Poligini; dan 8. Pengelolaan Problem

Judul: Cakrawala Al-Qur’an. Tafsir Tematis tentang Berbagai Aspek Kehidupan

Penulis: Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA.

Penerbit: Itqan Publishing, Yogyakarta, 2011

+++

Setelah menulis Out of Bakkah/Makkah, saya berusaha untuk mengumpulkan data/tulisan untuk mendukung teori itu. Alhamdulillah pada 24 Juli 2012, saya menemukan buku ini di TB Sosial Agency, Jl. Godean, Yogyakarta. Mengingat kepakaran penulis yang merupakan Guru Besar Ulumul Qur’an Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah 2005-2010 dan Ketua Majelis Ulama Indonesia 2-005-2010, maka segera saja saya membelinya.

Ternyata tepat apa yang saya butuhkan ada di dalam buku ini. Pembahasan mengenai Ka’bah dan Bakkah/Makkah terdapat pada Bagian Lima (5) Baitullah sebagai Pusat Ibadah. Di dalam hal. 145-174 ini terdapat pembahasan mengenai Baitullah, Kiblat, Ibadah Haji, dan Memakmurkan Masjid.

Bangunan tempat ibadah pertama yang didirikan di atas permukaan Bumi adalah Baitullah atau Rumah Allah yang terdapat di kota Makkah. Hal itu diinformasikan oleh Al-Qur’an dalam Surat Ali Imran ayat 96:

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang di-berkahi dan mendapat pentunjuk bagi semua manusia.” (Q.S. Ali Imran (3): 96)

Bakkah adalah nama lain dari kota Makkah. Ada juga yang berpendapat, Bakkah adalah nama lokasi tempat didirikannya Baitullah, sedangkan Makkah adalah nama kota suci secara keseluruhan. Menurut Asy-Syaukani dalam Fath-al-Qadir (I:362), tempat itu dinamai Bakkah karena berdesak-desaknya manusia waktu melaksanakan thawaf. Ada juga yang berpendapat, Bakkah dari kata bakka yang berarti mematahkan leher. Dinamai demikian, karena siapapun penguasa yang mencoba menghancurkan bangunan suci ini akan dipatahkan lehernya (dibinasakan) oleh Allah SWT sebagaimana dulu pernah dialami oleh Raja Abrahah dan pasukan gajahnya.

Sedangkan Makkah, berasal dari kata makka, artinya menghisap sumsum, dinamai demikian, karena beratnya ksukaran yang dialami oleh penduduk kota itu sehingga kesukaran itu seperti menghisap sumsum mereka. Ada juga yang berpendapat Makkah berasal dari kata makka dengan arti membinasakan, dinamai demikian, karena kota itu membinasakan siapa saja yang berbuat zalim di sana.

Dari dua nama itu yang paling populer dan digunakan secara resmi sampai hari ini adalah Makkah, lengkapnya Makkah al-Mukarramah.

Di samping Bakkah dan Makkah, kota suci ini juga dikenal dengan nama Ummul Qura (sekarang diabadikan menjadi nama sebuah universitas di kota suci itu). Ummul Qura artinya induk negeri-negeri, dinamai demikian boleh jadi karen aid kota ini terdapat Ka’bah yang menjadi kiblat kaum muslimin dari seluruh penjuru negeri. Dan Ka’bah itu juga dikenal dengan nama al-Baitu al-‘Atiq, artinya rumah kuno karena memang merupakan rumah Allah yang paling tua di atas permukaan Bumi. Ka’bah terdapat di tengah-tengah masjid yang populer disebut dengan al-Masjid al-Haram.

Rumah Allah yang penuh berkah dan hidayah ini didirikan oleh oleh Nabi Ibrahim degan bantuan puteranya Isma’il AS. hal itu dinyatakan oleh Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 127:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Isma’il (seraya berdo’a): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 127).

+++

Walaupun di buku di atas tidak menyebutkan Nabi Adam AS dan Hawa yang membangun Ka’bah. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa bangunan pertama itu didirikan sebagai tempat thawaf Nabi Adam AS. Pendapat umum mengatakan bahwa Adam diturunkan di Hindustan, sebuah lokasi yang sekarang berada di India dan Hawa diturunkan di Jeddah. Kemudian mereka bertemu di Padang Arafah atau Muzdalifah, kemudian menuju Bakkah mendirikan bangunan pertamanya, yang kini dikenal dengan nama Ka’bah. Di Bakkah, yang masih subur sebagaimana di surga, mereka hidup hingga mempunyai 40 anak kembar.

Ada pula kisah Adam diturunkan di Sri Lanka, di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di Arabia. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Makkah setelah 40 hari berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga. Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Namun secara faktual Ka’bah terdapat di Makkah, meskipun ada pendapat konon mereka ke Sri Lanka, sehingga otomatis keturunannya juga berpencar dari Makkah ke seluruh dunia meskipun tidak dalam sekian banyak orang laiknya gelombang eksodus. Kelak pun diyakini Makkah dan sekitarnya akan subur kembali seperti pertama kali Adam dan Hawa menjejakkan kakinya.

Bila yang dimaksudkan penyebaran ke seluruh dunia adalah berdasarkan eksodus sekian puluh orang, maka teori Out of Sundaland masuk akal juga.

Wallahu a’lam…

Banyu Wijaya