Beranda » Dulunya, Gurun Sahara "Surga" bagi Peternak Sapi

Dulunya, Gurun Sahara "Surga" bagi Peternak Sapi

Dengan menganalisa pecahan tembikar kuno yang ditemukan di Libia, mengungkapkan jika peternakan dan pemerahan susu pernah ada di gurun ini
gurun sahara,gurun pasir,libiaGurun Murzuq, Gurun Sahara, Libia (Thinkstockphoto)

Benua Afrika yang tersohor dengan Gurun Sahara erat kaitannya dengan samudera pasir luas, tanah tandus, dan udara panas. Namun, siapa sangka Afrika dulunya merupakan hamparan hijau yang luas.


Sekitar 10.000 tahun yang lalu, gurun Sahara mengalami fase yang disebut Holocene African Humid Period atau periode lembab Holosen Afrika. Di mana saat periode lembab tersebut, tumbuhan hijau tumbuh subur di Afrika. Savana hijau ini dijadikan tempat peternakan sapi dan memunculkan aktivitas pengolahan susu.


Dengan melihat gambar yang terdapat pada tembikar dan batu-batu kuno menunjukkan bahwa sekitar 7.000 tahun lalu di Gurun Sahara terdapat sapi, domba, dan kambing. Dalam gambar itu sesekali menunjukkan gambar pemerahan susu. Bahkan ada juga gambar pengembala yang sedang mengolah susu yang menjadi produk seperti yogurt, keju, dan mentega.


Kesimpulan ini berdasarkan hasil analisa pecahan tembikar kuno yang ditemukan di Libia. Peneliti Julie Dunne, seorang mahasiswa doktor di University of Bristol mengungkapkan, ternyata ditemukan lemak susu pada tembikar tersebut. "Yang paling menarik adalah susu satu-satunya makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak dalam satu kesatuan. Jadi susu merupakan bahan makanan yang sangat berguna bagi masyarakat zaman prasejarah," kata Dunne.


Meski belum pernah ada bukti yang menyatakan bahwa pemerahan susu sapi pernah ada pada masyarakat zaman pra sejarah di Afrika, penelitian baru ini membantu menjelaskan bagaimana manusia purba memiliki selera terhadap susu.


Konon, orang yang pertama kali memilki gaya hidup bertani ada sekitar 8.000 atau 9.000 tahun yang lalu di sekitar kawasan Mediterania. Setelah itu mereka mengembangkan pertanian susu dan menyebar pada kebiasaan mengonsumsi susu di Eropa.


Lebih lanjut Dunne memaparkan, pada saat yang sama, manusia bermigrasi dari sekitar kawasan Mediterania ke sebuah tempat yang saat ini dikenal dengan Mesir. Melalui pergerakan ini, maka menyebar pula mata pencaharian untuk menghasilkan susu di Afrika Utara.


Ketika para imigran baru yang datang ke Afrika mengembangkan ternak, maka orang pribumi (orang asli Afrika) dengan cepat melihat manfaat luar biasa dari ternak. "Anda benar-benar melihat evolusi dalam tindakan dalam jangka waktu yang sangat singkat, hanya 1.000 hingga 2.000 tahun," kata Dunne.


Selanjutnya para peneliti sedang merencanakan menganalisa sampel keramik dari beberapa tempat tinggal yang berlokasi di Afrika Utara. Tujuannya, menurut Dunne, mendapatkan gambaran lebih baik tentang bagaimana susu dan sapi menyebar di kalangan masyarakat antar benua.
(Umi Rasmi Discovery News, Live Science)