Baubau, sebuah kota di Sulawesi Tenggara, kali ini mendapat giliran menjadi tempat FKN (Forum Keraton Nusantara) menggelar acara rutinnya. FKN merupakan organisasi tempat para raja/sultan di berbagai wilayah Indonesia yang dahulunya merupakan kerajaan berkumpul dan melakukan kegiatan festival secara bergilir menurut adat dan budaya tempat raja/sultan itu berasal. Pada bulan September tahun 2012 ini, FKN melaksanakan festival di kota Bau-bau. Raja dari berbagai daerah hadir untuk mengikuti kegiatan yang mengangkat keberagaman budaya di Indonesia tersebut.
Tapi, ada yang mengherankan. Salah satu tamu memperkenalkan dirinya kepada panitia penyelenggara bahwa dirinya adalah “sultan” dari Aceh. Padahal di Aceh tak pernah ada lagi Sultan semenjak jatuhnya Kesultanan Aceh Darussalam oleh invasi kedua (1874) Kerajaan Belanda. Bahkan dalam bentuk prosesi Adat seperti di Deli Serdang (Sumatera Utara) sekalipun, tidak pernah dilaksanakan di Aceh. Jadi, sejak kapan tamu FKN di Baubau itu menjadi “sultan” Aceh ?
Namanya Tuanku Muhammad Zumadilla Narukaya, pria ini diberitakan oleh salah satu media elektronik di Bau-bau sebagai “sultan” Aceh. Nama lelaki ini muncul saat terjadi perselisihan antara pihak yang masing-masing mengklaim diri sebagai Sultan Buton. Zumadilla terlihat saling memegang dan mengangkat tangan bersama Sultan yang tak diakui oleh masyarakat adat Buton (Jabar Hibali).
Manipulasi dan pembohongan publik Zumadilla Narukaya
Ada yang mencurigakan memang dari pengakuan Zumadilla sebagai “sultan” Aceh. Sebab, bila melihat fakta sejarah, tak ada pertalian garis keturunan antara Sultan Aceh terakhir (Muhammad Daud Syah) dengan Zumadilla. Putra Mahkota Aceh yang terakhir, Tuanku Raja Ibrahim sebagai anak tunggal dari Sultan Muhammad Daud Syah tidak mempunyai anak yang bernama Tuanku Muhammad Zumadilla Narukaya dari ke-16 anaknya, seperti yang saya baca dari biografinya pangeran mahkota terakhir (Tuanku Raja Ibrahim) Kesultanan Aceh Darussalam tersebut.
Beberapa bulan yang lalu Permaisuri Kerajaan Pahang (Malaysia) Tunku Puan Azizah datang ke Aceh dan menngadakan pertemuan dengan cucu dari Sultan terakhir Aceh di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh pada tanggal 31 Maret 2011. Orang yang ditemui oleh Permaisuri Pahang itu bernama Tuanku Raja Yusuf Bin Tuanku Raja Ibrahim Bin Sultan Muhammad Daud Syah. Selain itu, tidak pernah ada pertemuan antara Permaisuri Pahang dengan Tuanku Muhammad Zumadilla Narukaya yang mengatakan dirinya sebagai “sultan” Aceh. Melihat fakta ini, terlihat sudah pembohongan publik yang disampaikan oleh Zumadilla Narukaya. Mengaku sebagai “sultan” Aceh, tapi tak memiliki pertalian garis keturunan dengan Sultan terakhir Aceh.
Tak tahu apa maksud dan tujuan Zumadilla di Kota Bau-bau mengatakan dirinya sebagai “sultan” Aceh. Tapi yang jelas, kebohongan sultan gadungan Aceh ini akan terbantahkan oleh fakta-fakta sejarah Aceh sebenarnya. Apalagi di Aceh sudah banyak orang yang mengaku diri sebagai keturunan Sultan Aceh, bahkan yang lebih memalukan seperti yang diperlihatkan oleh Zumadilla yang mengaku sebagai “sultan” Aceh.
Sejarah suatu saat, cepat atau lambat akan memperlihatkan mana benar dan mana yang salah maupun hasil manipulasi. Jadi, sungguh memalukan pengakuan sultan gadungan Aceh, Zumadilla Narukaya.
Ruslan JR