Hal itu berdasarkan hasil Ekspedisi Meugat Seukandar tim peneliti sejarah kebudayaan Islam, beberapa waktu lalu. Tim peneliti dipimpin Taqiyuddin Muhammad datang ke Leubok Tuwe dengan target menyelidiki Jrat Habib.
Sebelumnya, tim telah memeriksa satu makam yang disebut Jrat Raja Ahmad di kawasan sama. “Kedua makam itu terletak tidak jauh dari aliran Krueng Pasai,” kata Taqiyuddin.
Hasil penelitian Taqiyuddin berhasil menguak fakta baru sejarah Pasai. Yaitu adanya makam bertarikh wafat lebih awal dari Al-Malik Ash-Shalih (wafat 696 H/1297 M) di kawasan heritage Samudra Pasai. Itu sebabnya, Taqiyuddin menyimpulkan bahwa Kerajaan Islam Pasai sudah terbentuk di awal abad ke-13 M sebelum Sumatra atau Samudra.
Menurut Taqiyuddin, pada nisan sebelah kaki Jrat Raja Ahmad terdapat inskripsi: “Hadzâ qabru as-sa'îd asy-syahîd mahbûb qulûb al-khalâ'iq sanah atahna (alif, ta', ha', nun) min al-hijrah an-nabawiyyah”, yang maknanya ialah "Ini kubur orang yang berbahagia, yang syahid, orang yang dicintai oleh hati banyak orang, tahun atahna (alif: 111, ta: 400, ha: 5, nun: 106 = 622) dari hijrah Nabi".
Pada nisan Jrat Habib terdapat inskripsi: “Hadzâ qabru as-sa'îd asy-syahîd mahbûb qulûb al-khalâ'iq ibn mahmûd tuwuffiya [fî] tâ [r] îkh yaum [sic] al-ahad salkha dzî al-hijjah sitti mi'ah wa 'isyrîna wa taika min al-hijrah an-nabawiyyah”, yang artinya yaitu "Ini kubur orang yang berbahagia, yang syahid, orang yang dicintai oleh hati orang banyak putera Mahmud, wafat pada tanggal hari Ahad akhir Dzul Hijjah 622 hijrah Nabi."
Inskripsi lain pada makam tersebut berbunyi: “Qâla 'alaihi as-salâm, al-mu'min hayyun fi ad-dârain, al-maut jisr yûshilu al-habîb ila al-habîb”, bermakna "[Nabi] 'alaihi as-salâm bersabda, mu'min hidup di dua negeri, kematian adalah titian yang menyampaikan kekasih dengan kekasihnya".
Kata Taqiyuddin, selain letaknya terbilang berdekatan, kedua makam itu memiliki banyak kemiripan satu sama lain. Di antaranya, terlihat pada teks inskripsi kedua makam, kemudian jenis batu yang digunakan serta relief-relief bermotif tetumbuhan.
“Juga kaligrafi yang terkesan masih sederhana menandakan masa-masa permulaan tradisi pemahatan batu nisan di Samudra Pasai,” kata Taqiyuddin yang lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo.
Berikut analisis Taqiyuddin terhadap teks inskripsi pada nisan itu:
As-sa'îd, orang yang berbahagia. Kata ini digunakan untuk menyebut seorang pembesar atau amir dalam sebuah kerajaan atau pemerintahan seperti kata sa'adah. Dari sini diketahui bahwa kedua kubur ini adalah milik dua orang amir (pangeran) dalam kerajaan.
Asy-syahîd, orang yang syahid. Yaitu, orang yang dibunuh oleh kaum kafir dalam pertempuran (Al-Mishbah Al-Munir), atau terbunuh fi sabilillah. Kedua amir ini syahid dalam satu pertempuran pembebasan negeri yang masih dikuasai oleh raja yang belum memeluk Islam atau mengikat perjanjian damai dengan Pasai.
Tidak diketahui apakah keduanya gugur dalam pertempuran tersebut lalu jasad mereka dibawa pulang untuk dikebumikan di Pasai, atau terluka dalam pertempuran, lalu wafat di Pasai akibat luka tersebut. Dalam dua kemungkinan ini, syariat Islam tetap menyebutnya sebagai syahid.
Mahbûb qulûb al-khalâ'iq, orang yang dicintai oleh hati khalayak ramai. Apa faktor utama seseorang dicintai dan disukai? Status keturunan serta tampak lahiriahkah, atau perilaku dan kiprah yang menjadi faktor penyebab seseorang dicintai oleh orang ramai?
“Realita hidup menerangkan bahwa sesungguhnya perilaku dan kiprahlah yang menentukan status keturunan, tinggi maupun rendah, tidak sebaliknya,” kata Taqiyuddin.
Kalimat "orang yang dicintai oleh hati banyak orang" yang letaknya menggantikan posisi nama pada epigrafi makam itu, kata Taqiyuddin, seolah mengisyaratkan bahwa perilaku dan perbuatan lebih berarti serta lebih pantas untuk dikenang dari hanya sepotong nama yang berkaitan dengan keturunan.
Menurut Taqiyuddin, kata "dicintai oleh hati orang banyak" adalah sederet kalimat yang tidak mungkin lepas dari kata "asy-syahid"--gelar untuk sebuah kematian bagi hidup yang penuh perjuangan.
Al-mukmin hayyun fi ad-dârain, mukmin itu hidup di dua negeri. Kalimat ini menurut Taqiyuddin adalah petikan hadits Rasulullah saw. Hadits ini searah dan berkaitan erat dengan hadits lain di mana Rasulullah saw. memerumpamakan mu'min itu sebagai pohon kurma; semua bagiannya berfaedah dan bermanfaat.
“Bagi mukmin, kematian bukanlah penghabisan dari hidup. Ia tetap hidup di dua negeri; hidup di negeri dunia dengan perilaku dan kiprahnya, dan dengan kenangan dan tauladan yang ditinggalkan setelah ia tiada; dan hidup di negeri akhirat dengan balasan-balasan yang dilimpahkan Allah kepadanya”.
Lantas bagaimana reaksi Pemerintah Aceh Utara atas hasil ekspedisi tim Cisah yang menemukan Jrat Habib dan Jrat Raja Ahmad di Leubok Tuwe itu?
“Kita sudah memperoleh data tentang Jrat Habib dan Jrat Raja Ahmad. Tahun 2013 akan dilakukan pemeliharaan situs sejarah temuan tim Ekspedisi Meugat Seukandar itu,” kata Kepala Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Aceh Utara, Nurliana NA kepada The Atjeh Post, Minggu, 23 September 2012.
Nurliana menambahkan, “Kita lakukan revitalisasi, menata kembali nisan-nisan, juga pembangunan cungkup secara layak seperti yang telah kita lakukan tahun ini pada Makam Raja Kanayan, Panglima Perang Samudera Pasai, di Meunasah Ujong Blang Mee, Samudera”.[]