Namun, disebagian kalangan anak muda sosok Tan menjadi nilai tersendiri sehingga tulisan-tulisan Tan mereka nikmati secara stensilan dan sembunyi-sembunyi. disebabkan, orde baru tak mentolerir paham-paham yang bertentangan dengan ideology yang mereka pahami. Sampai sekarang Hampir tak ada satu pun penghargaan yang disematkan dari Republik yang telah ia rintis baik berupa gelar pahlawan maupun sekedar bintang tanda jasa, ironis memang bangsa yang telah ia perjuangkan tak menghargai perjuangannya.
Tahun 1922 Tan sudah tampil di gelanggang Internasional menyuarakan perjuangan Indonesia untuk lepas dari belenggu penjajahan. Tepatnya, pada kongres komunisme sedunia yang berlangsung di Moskow Rusia, saat itu ia mengusulkan gagasan berupa penggabungan komunisme dan Pan Islamisme untuk mengusir colonial dan kapitalis.
Setelah melakukan perjalanan panjang mengembara dari berbagai Negara terbitlah Buku yang berjudul “Naar de Republiek” atau menuju Republik Indonesia pada tahu 1925, Jauh sebelum Hatta menulis Indonesia merdeka atau Bung Karno dengan Indonesia Menggugat. Pada tahun 1933 Naar Republiken menjadi pegangan oleh para kaum pergerakan pada massa itu untuk melakukan perjuangan secara sistematis terhadap colonial belanda. Tan juga banyak terlibat dalam berbagai upaya mencerdaskan rakyat berupa pendirian sekolah untuk orang miskin dan memperjuangkan kehidupan buruh pada masa itu sangat menderita karena program Romusha Jepang.
Pada era 1940 Tan bergerak melalui jejaring bawah tanah untuk berkomunikasi dengan para tokoh pergerakan di Jakarta karena Soekarno dan Hatta sedang menjalani hukuman pembuangan oleh belanda, Tan pada sat itu berada di Bayah provinsi banten secara Intensif berdiskusi dengan para kalangan pemuda merumuskan langkah-langkah perjuangan Indonesia namun tetap menyembunyikan identitasnya agar tidak tertangkap oleh polisi jepang, karena pada sat itu nama tan masuk dalam daftar buronan Internasional.
Pasca proklamasi Tan disebut orang yang berada dibalik rapat raksasa di lapangan Ikada Jakarta yang dihadiri ratusan ribu orang, Rapat ini bertujuan sebagai unjuk kekuatan kepada jepang bahwa sebenarnya rakyat Indonesia sangat mendukung akan kemerdekaan yang telah mereka rebut. Saat Jakarta dikepung oleh sekutu Bung Karno menulis wasiat yang berbunyi “jika kami ( bungKarno dan Hatta) ditangkap atau tewas, maka pimpinan Revolusi saya serahkan kepada Tan Malaka,karena ia mahir memainkan gerakan Revolusiner. ungkap Bung Karno pada waktu itu.
Namun, Akibat perbedaan ideology dengan Bung karno dan Hatta, Tan mendirikan Front demokrasi rakyat (FDR) gabungan dari puluhan organisasi massa dan menyatakan beroposisi dengan Pemerintah. 1948 meletusnya pemberontakan PKi di Madiun, FDR dinyatakan terlibat Amir Syarifudin dkk dinyatakan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas tragedy tersebut di eksekusi mati dan Tan juga tidak luput dari keganasan Bangasanya sendiri.
Negara ini memang masih mempunyai dosa terhadap para pendirinya, Negara ini sering membunuh orang-orang yang berjuang mendirikan Indonesia. Namun, dibunuh oleh tangan bangsanya sendiri, Sangat menyedihkan sekali tidak satupun Tanda atau sebuah penghargaan yang diberikan kepada Tan, seusai dengan prinsipnya bahwa “saya akan memberikan semua yang saya miliki untuk Bangsa Indonesia. namun, saya tidak akan meminta saya tidak meminta sedikit kepada bangsa ini atas apa yang telah saya lakukan”. ungkap Tan pada suatu waktu. setidaknya Bangsa ini memberikan tanda jasa kepada pejuang yang telah mengorbankan, Untuk kemerdekaan Bangsanya sendiri. Bukankah, Negara besar itu merupakan Negara yang menghargai jasa-jasa Pahlawananya.
Selain Naar republike masih banyak karya-karya tan yang sangat fenomenal diantaranya massa actie,gerpolek,madilog dll. Setidaknya sampai sekarang para ahli sejarah Indonesia dan manca Negara memburu hal-hal yang berkaitan tentang Tan. Hal ini menandakan bahwa beliau merupakan orang penting dibalik lahirnya Republic Indonesia.
Jefri Hidayat